DIARE

Dalam
kehidupan sehari - hari penyakit diare memang tak jarang kita jumpai, bahkan bisa
dikatakan setiap orang pasti pernah mengalaminya,karena penyakit diare dapat
menyerang siapa saja baik itu anak – anak maupun dewasa yaitu dengan adanya tingkatan
mulai dari diare pada bayi, anak –anak dan dewasa. Terkadang kita sampai
menagis menahan rasa saki tersebut, bolak balik ke kamar mandi, dan kelihatannya menjadi orang
yang sangat gelisah.Tetapi meskipun semua orang pernah mengalaminya, yang
paling sering diserang oleh penyakit ini adalah anak bayi dan balita. Namun melihat keadaan saat ini, sangat
disayangkanan banyak kalangan yang menyepelekan penyakit ini dalam arti mereka
tidak peduli akan kesehatan mereka, karena mereka sama sekali tidak mengerti
apa dampak dari penyakit ini, padahal penyakit ini dapat menyebabkan rasa sakit
yang berkepanjangan dan menyebabkan kematian.
Apa itu diare ? Ada
beberapa defenisi mengenai diare :
·
Diare adalah suatu
keadaan abnormal dari pengeluaran sisa makanan denganfrekuensi tiga kali atau
lebih dengan melihat konsisten lembek, cair sampai dengan tanpa darah dan
lendir dalam tinja.(Mahmudah, n.d.)
·
Penyakit diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anakdi dunia, yang menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3-5 juta
kematian di setiap tahunnya. Mekanisme penularan utama adalah melalui tinja -
mulut, dengan makanan danair yang merupakan penghantar untuk kebanyakan
kejadian.(Rakhmadi,
2005)
·
Diare merupakan salah
satu penyakit infeksiyang menjadi penyebab rasa kesakitan pada anak balita
terutama yangberusia di bawah tiga tahun. Hal ini berkaitan erat dengan
makanan, imunitasterhadap infeksi. Secara biologis usia 6-36 bulanmerupakan
masa yang rentan terhadap infeksi, gizi
dan diare.(Masyuni, 2010)
·
Diare merupakan salah
satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatanmasyarakat, karena angka
kesakitan masih tinggi dan dapat menyebabkankematian, terutama apabila
penanganan penderitanya terlambat dilakukan.(Amaliah, 2008)
Kita telah tahu apa itu
penyakit diare. Kadang kala sulit untuk
mengetahui apa penyebab nya. Penyakit diare bukanlah
penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu
terjadinya diare. Maka timbul pertanyaan dalam benak kita “ Apa penyebab diare
? “ Berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1. Penyebab
tidak langsung
Penyebab
tidak langsung atau faktor-faktor mempercepat terjadinya diare seperti, sosial
budaya hygiene dan sanitasi, keadaan gizi, kepadatan penduduk, social ekonomi
dan factor-faktor lain.
2. Penyebab
langsung
Termasuk
dalam penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit,
malabsorbi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang
diproduksi oleh jasad renik, ikan, bah dan sayur-sayuran ditinjau dari sudut
patofisiologi.(Masyuni, 2010)
Penyakit
diare adalah panyakit yang akut,salah satu penyakit yang dapat menular dan
penyakit yang infeksi. Sebaiknya kita harus mengetahui jenis jenis dari
penyakit diare, dan mengetahui bagaimana gejala- gejala yang dapat terjadi untuk dapat lebih berhati – hati karena sangat
berbahaya.Jenis penyakit diare dan gejala - gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Diare cair
akut
Diare cair akut memiliki ciri utama:
gejalanya dimulai secara tiba-tiba, tinjanya cair dan encer, penyembuhan
biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari. Kadang kala gejalanya bisa berlangsung
sampai 14 hari, dan lebih 75% orang mengalami diare cair akut.
2. Disentri
Disentri memiliki ciri utama: adanya
darah dalam tinja, berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan yang
cepat, dan disertai kram diperut. Sekitar 10-15% anak -anak balita mengalami disentri.
3.
Diare yang menetap atau persisten
Diare yang persisten memilki ciri
utama: pengeluaran tinja encer disertai darah, gejala berlangsung lebih dari 14
hari dan ada penurunan berat badan.(Hamdani,
2008)
Tanpa melihat jenis – jenis Penyakit diare
tersebut, gejala – gejala umum dapat
kita rasakan dengan sendirinya. Awalnya
seorang akan sering cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, tidak ada nafsu
makan, yang disertai dengan timbulnya diare. Keadaan tinja makin cair,
kemungkinan mengandung darah atau lender, yang berwarna menjadi kehijau-hijauan
yang disebabkan karena bercampur dengan empedu anus dan sekitarnya menjadi
lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan
sesudah diare, bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit maka akan
terjadi dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi disekitar ubun-ubun besar dan
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
menjadi kering.(Masyuni,
2010)
Penyakit diare adalah penyakit yang menular.
Bagaimana cara penularannya? Kuman
penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral makanan dan minuman yang tercemar
tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita.(Masyuni, 2010)
Penyakit
diare juga dapat ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air yang
tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari – hari tanpa
direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang
memakainya , sehingga orang tersebut dapat terkena diare. Penularannya penyakit
diare dapat juga terjadi antara lain melalui air yang terkontaminasi oleh
bakteri, makanan yang terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalaui
tanah yang terkontaminasi.
Kita telah mengetahui bahwa penyakit
diare sangatlah berbahaya. Sebaiknya kita dapat melakukan pencegahan sebelum
terjadi hal yang membahayakan tersebut. Pencegahan ini sangat lah mudah, dan
hal yang sangat dibutukkan dari kita adalah kita peka terhadap kesehatan
kita.
Secara
umum ada tiga tingkatan pencegahan penyakit diare yakni : pencegahan tingkat
pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan
pencegahan khusus. Pencegahan ini dapat ditujukan pada faktor penyebab lingkungan dan faktor pejamu. Untuk menjaga
daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan
pemberian imunisasi, penyedian air bersih, penyediaan tempat pembuangan tinja,
kebiasaan mencuci tangan.
Pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat .
Pencegahan ini ditujukan kepada anak yang telah menderita diare yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk
mencegah terjadinya efek samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare
adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary
prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Dalam
pencegahan ini penderita diare jangan
sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi penderita diare
diusahakan mengembalikan fungsi fisik, psikologis yang semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga
dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya efek samping dari
penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi
makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.(Hamdani, 2008)
Pencegahan diare dapat juga dilakukan
dengan berbagai cara yang antara lain:
Ø mencuci
tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting sebelum makan, setelah
buang air besar, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan.
Ø Meminum air
minum sehat, air yang telah diolah dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar
matahari atau proses klorinasi.
Ø Pengelolaan
sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu,
lipas.
Ø Membuang air
besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki
septik.(Masyuni, 2010)
Tidak selamanya penyakit diare itu kita anggap
buruk. Banyak cara pengobatan yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan
mempercepat penyembuhan penyakit ini. Cara yang dapat kita gunakan adalah:
1.
Meminum oralit atau dapat membuatnya sendiri dengan melarutkan 1 sendok
teh garam dan 8 sendok teh gula dalam 1 liter air matang.
2.
Mengkonsumsi sejumlah besar air yang
tidak diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya dan berakibat fatal
3.
Mencoba makan lebih sering tapi
dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur, dan jangan makan atau minum
terlalu cepat.
4.
Menjaga kebersihan dan isolasi:
Kebersihan tubuh merupakan faktor utama dalam membatasi penyebaran penyakit.(Hamdani, 2008)
Hal – hal sederhana yang dapat kita
lakukan untuk penyembuhan diare adalah:
1.
Mengubah
apa yang kita makan.
Beberapa jenis makanan dapat mengakibatkan
diare: produk susu (susu atau keju), masakan yang digoreng, makanan berlemak
termasuk mentega, margarin, minyak atau kacang, makanan pedas, makanan yang
mengandung banyak serat yang tidak larut. Ini termasuk buah-buahan atau
sayur-mayur mentah, roti gandum, jagung, atau kulit dan biji buahan.
Dan
sebaiknya kita makam yang dapat membantu pemberhentian diare tersebuat, yakni:
pisang, nasi putih, saus apel, sereal, roti tawar bakar atau biskuit kering,
makaroni atau mi biasa,telur rebus, bubur gandum, kentang rebus tumbuk.
2.
Pengobatan
diare tradisional
Ø Akar bunga teratai
obat diare
Cara
pengobatan: menyediakan 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe. Kemudian
dicuci bersih lalu diparut dan diambil airnya. Minum ramuan tersebut tiga kali
sehari setiap pagi, siang dan sore.
Ø Bunga
teratai untuk obat disentri
Cara
pengobatan: mengambil 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe, kemudian
diparut atau dijuice, ditambahkan 100 cc air lalu direbus sampai mendidih.
Setelah dingin ditambahkan 1 sendok makan madu dan sekaligus diminum.
Dari
beberapa penjelasan diatas, kita telah mengetahui penyakit diare yaitu penyakit yang sangat akut,dapat menular dan sangat
berbahaya terutama bagi bayi dan balita. ada penyebabyang memicu terjadinya diare, gejala –
gejala, cara penularannya, maka kita
harus lebih peduli dengan kesehatan kita dan lingkungan sekitar. Lebih baik
kita itu mencegah daripada terjadi hal yang sangat fatal. Memang pengobatan
untuk penyakit diare itu sangat banyak, tetapi alangkah
baiknya kita itu mencegah dahulu dan selalu berjaga – jaga setiap saat dan
selalu membuat lingkungan kita bersih supaa penyakit diare tersebut tidak dapat
terjadi. Apabila diare telah terjadi
maka akan lebih baik melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Karena itu jauh
lebih baik dan disarankan daripada membiarkannya dan berdampak pada resiko yang
cukup berat.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, S. (2008). Hubungan sanitasi
lingkungan dan faktor budaya dengan kejadian diare pada anak balita di desa
toriyo kecamatan bendosari kabupaten sukoharjo.
Hamdani. (2008). Pengaruh faktor upaya
pengobatan dan pencegahan yang dilakukuan ibu pada balita dengan penyakit diare
di puskesmas bandar baru kabupaten pidie jaya.
Mahmudah, A. R. E. H. M. (n.d.). Hubungan
kebiasaan cuci tangan dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada anak sd
negeri podo 2 kecamatan kedungwuni kabupaten pekalongan 1,2,3, 76–84.
Masyuni. (2010). I prmplementasiogram promosi
pencegahan diare pada anak berusia dibawah tiga tahun (studi kasus di puskesmas
mangkurawang kabupaten kutai kartanegara.
Rakhmadi, N. E. M. dan A. (2005). Jurnal
kesehatan kartika jurnal kesehatan kartika, 28–36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar