Senin, 09 November 2015

  DIARE



Dalam kehidupan sehari - hari  penyakit diare  memang tak jarang kita jumpai, bahkan bisa dikatakan setiap orang pasti pernah mengalaminya,karena penyakit diare dapat menyerang siapa saja baik itu anak – anak maupun dewasa yaitu dengan adanya tingkatan mulai dari diare pada bayi, anak –anak dan dewasa. Terkadang kita sampai menagis menahan rasa saki tersebut, bolak balik ke  kamar mandi, dan kelihatannya menjadi orang yang sangat gelisah.Tetapi meskipun semua orang pernah mengalaminya, yang paling sering diserang oleh penyakit ini adalah anak bayi dan balita.  Namun melihat keadaan saat ini, sangat disayangkanan banyak kalangan yang menyepelekan penyakit ini dalam arti mereka tidak peduli akan kesehatan mereka, karena mereka sama sekali tidak mengerti apa dampak dari penyakit ini, padahal penyakit ini dapat menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan dan menyebabkan kematian.
Apa itu diare ? Ada beberapa defenisi mengenai diare :
·         Diare adalah suatu keadaan abnormal dari pengeluaran sisa makanan denganfrekuensi tiga kali atau lebih dengan melihat konsisten lembek, cair sampai dengan tanpa darah dan lendir dalam tinja.(Mahmudah, n.d.)

·         Penyakit diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anakdi dunia, yang menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3-5 juta kematian di setiap tahunnya. Mekanisme penularan utama adalah melalui tinja - mulut, dengan makanan danair yang merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian.(Rakhmadi, 2005)

·         Diare merupakan salah satu penyakit infeksiyang menjadi penyebab rasa kesakitan pada anak balita terutama yangberusia di bawah tiga tahun. Hal ini berkaitan erat dengan makanan, imunitasterhadap infeksi. Secara biologis usia 6-36 bulanmerupakan masa  yang rentan terhadap infeksi, gizi dan diare.(Masyuni, 2010)


·         Diare merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatanmasyarakat, karena angka kesakitan masih tinggi dan dapat menyebabkankematian, terutama apabila penanganan penderitanya terlambat dilakukan.(Amaliah, 2008)
Kita telah tahu apa itu penyakit diare.  Kadang kala sulit untuk mengetahui apa penyebab nya. Penyakit diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Maka timbul pertanyaan dalam benak kita “ Apa penyebab diare ? “ Berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1.      Penyebab tidak langsung
Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor mempercepat terjadinya diare seperti, sosial budaya hygiene dan sanitasi, keadaan gizi, kepadatan penduduk, social ekonomi dan factor-faktor lain.
2.      Penyebab langsung
Termasuk dalam penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, bah dan sayur-sayuran ditinjau dari sudut patofisiologi.(Masyuni, 2010)
Penyakit diare adalah panyakit yang akut,salah satu penyakit yang dapat menular dan penyakit yang infeksi. Sebaiknya kita harus mengetahui jenis jenis dari penyakit diare, dan mengetahui bagaimana gejala- gejala yang dapat terjadi  untuk dapat lebih berhati – hati karena sangat berbahaya.Jenis penyakit diare dan gejala - gejalanya  adalah sebagai berikut:
1.      Diare cair akut
Diare cair akut memiliki ciri utama: gejalanya dimulai secara tiba-tiba, tinjanya cair dan encer, penyembuhan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari. Kadang kala gejalanya bisa berlangsung sampai 14 hari, dan lebih 75% orang  mengalami diare cair akut.
2.      Disentri
Disentri memiliki ciri utama: adanya darah dalam tinja, berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan yang cepat, dan disertai kram diperut. Sekitar 10-15% anak -anak  balita mengalami disentri.
3.      Diare yang menetap atau persisten
Diare yang persisten memilki ciri utama: pengeluaran tinja encer disertai darah, gejala berlangsung lebih dari 14 hari dan ada penurunan berat badan.(Hamdani, 2008)
 Tanpa melihat jenis – jenis Penyakit diare tersebut, gejala – gejala  umum dapat kita  rasakan dengan sendirinya. Awalnya seorang akan sering cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, tidak ada nafsu makan, yang disertai dengan timbulnya diare. Keadaan tinja makin cair, kemungkinan mengandung darah atau lender, yang berwarna menjadi kehijau-hijauan yang disebabkan karena bercampur dengan empedu anus dan sekitarnya menjadi lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam.  Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare, bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit maka akan terjadi dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi disekitar ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.(Masyuni, 2010)
 Penyakit diare adalah penyakit yang menular. Bagaimana cara penularannya?  Kuman penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita.(Masyuni, 2010)
Penyakit diare juga dapat ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari – hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang memakainya , sehingga orang tersebut dapat terkena diare. Penularannya penyakit diare dapat juga terjadi antara lain melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri, makanan yang terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalaui tanah yang terkontaminasi.
Kita telah mengetahui bahwa penyakit diare sangatlah berbahaya. Sebaiknya kita dapat melakukan pencegahan sebelum terjadi hal yang membahayakan tersebut. Pencegahan ini sangat lah mudah, dan hal yang sangat dibutukkan dari kita adalah kita peka terhadap kesehatan kita. 
Secara umum ada tiga tingkatan pencegahan penyakit diare yakni : pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus. Pencegahan ini dapat ditujukan pada faktor penyebab  lingkungan dan faktor pejamu. Untuk menjaga daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi, penyedian air bersih, penyediaan tempat pembuangan tinja, kebiasaan mencuci tangan.
Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat . Pencegahan ini ditujukan kepada anak yang telah menderita diare yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya efek samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Dalam pencegahan ini  penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi penderita diare diusahakan mengembalikan fungsi fisik, psikologis yang  semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya efek samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.(Hamdani, 2008)
Pencegahan diare dapat juga dilakukan dengan berbagai  cara yang  antara lain:
Ø  mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi,  setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan.
Ø  Meminum air minum sehat, air yang telah diolah dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.
Ø  Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas.
Ø  Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.(Masyuni, 2010)
 Tidak selamanya penyakit diare itu kita anggap buruk. Banyak cara pengobatan yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mempercepat penyembuhan penyakit ini. Cara yang dapat kita gunakan adalah:
1.      Meminum oralit atau dapat membuatnya sendiri dengan melarutkan 1 sendok teh garam dan 8 sendok teh gula dalam 1 liter air matang.
2.      Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya dan berakibat fatal
3.      Mencoba makan lebih sering tapi dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur, dan jangan makan atau minum terlalu cepat.
4.      Menjaga kebersihan dan isolasi: Kebersihan tubuh merupakan faktor utama dalam membatasi penyebaran penyakit.(Hamdani, 2008)
Hal – hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk penyembuhan diare adalah:
1.      Mengubah apa yang kita makan.
 Beberapa jenis makanan dapat mengakibatkan diare: produk susu (susu atau keju), masakan yang digoreng, makanan berlemak termasuk mentega, margarin, minyak atau kacang, makanan pedas, makanan yang mengandung banyak serat yang tidak larut. Ini termasuk buah-buahan atau sayur-mayur mentah, roti gandum, jagung, atau kulit dan biji buahan.
Dan sebaiknya kita makam yang dapat membantu pemberhentian diare tersebuat, yakni: pisang, nasi putih, saus apel, sereal, roti tawar bakar atau biskuit kering, makaroni atau mi biasa,telur rebus, bubur gandum, kentang rebus tumbuk.
2.      Pengobatan diare tradisional
Ø  Akar bunga teratai obat diare
Cara pengobatan: menyediakan 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe. Kemudian dicuci bersih lalu diparut dan diambil airnya. Minum ramuan tersebut tiga kali sehari setiap pagi, siang dan sore.
Ø  Bunga teratai untuk obat disentri
Cara pengobatan: mengambil 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe, kemudian diparut atau dijuice, ditambahkan 100 cc air lalu direbus sampai mendidih. Setelah dingin ditambahkan 1 sendok makan madu dan sekaligus diminum.
Dari beberapa penjelasan diatas, kita telah mengetahui  penyakit diare yaitu penyakit  yang sangat akut,dapat menular dan sangat berbahaya terutama bagi bayi dan balita. ada  penyebabyang memicu terjadinya diare, gejala – gejala,  cara penularannya, maka kita harus lebih peduli dengan kesehatan kita dan lingkungan sekitar. Lebih baik kita itu mencegah daripada terjadi hal yang sangat fatal. Memang pengobatan untuk penyakit diare itu sangat banyak, tetapi alangkah baiknya kita itu mencegah dahulu dan selalu berjaga – jaga setiap saat dan selalu membuat lingkungan kita bersih supaa penyakit diare tersebut tidak dapat terjadi. Apabila diare telah terjadi maka akan lebih baik melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Karena itu jauh lebih baik dan disarankan daripada membiarkannya dan berdampak pada resiko yang cukup berat.




 DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, S. (2008). Hubungan sanitasi lingkungan dan faktor budaya dengan kejadian diare pada anak balita di desa toriyo kecamatan bendosari kabupaten sukoharjo.
Hamdani. (2008). Pengaruh faktor upaya pengobatan dan pencegahan yang dilakukuan ibu pada balita dengan penyakit diare di puskesmas bandar baru kabupaten pidie jaya.
Mahmudah, A. R. E. H. M. (n.d.). Hubungan kebiasaan cuci tangan dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada anak sd negeri podo 2 kecamatan kedungwuni kabupaten pekalongan 1,2,3, 76–84.
Masyuni. (2010). I prmplementasiogram promosi pencegahan diare pada anak berusia dibawah tiga tahun (studi kasus di puskesmas mangkurawang kabupaten kutai kartanegara.
Rakhmadi, N. E. M. dan A. (2005). Jurnal kesehatan kartika jurnal kesehatan kartika, 28–36.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar